Sakit misterius yang dideritanya dalam beberapa bulan terakhir membuatnya harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menjalani perawatan. Ironisnya, Diego kesulitan uang untuk membiayai perawatan karena gajinya selama empat bulan terakhir di Persis Solo belum dibayarkan pihak manajemen.
Cerita Diego Mendieta ini hanya sepenggal kisah derita para pemain sepak bola di Indonesia yang kesulitan menyambung hidupnya, bahkan untuk sekadar makan. Tidak semua pemain termasuk pemain asing hidup berkecukupan. Jangankan berharap bonus berlimpah, gaji pun telat dibayarkan.
Berikut beberapa kisah nestapa para pemain bola asing di Indonesia.
1. Bruno Zandonadi
Bruno Zandonadi adalah salah satu legiun asing yang
berkiprah di sepak bola Indonesia sejak tahun 2004. Pemain asal Brasil
itu meninggal di Rumah Sakit Usada Insani, Tangerang, Sabtu 13 Oktober
2012.
Zandonadi sempat mengalami koma selama empat hari akibat sakit radang otak yang dideritanya. Menurut sang istri yang seorang WNI, Annisa Sanjaya, Zandonadi sudah tiga bulan mengalami sakit di bagian kepalanya namun tidak dihiraukannya. Sampai akhirnya, Zandonadi pingsan dan koma kemudian dirawat di rumah sakit.
Zandonadi meninggalkan seorang putri bernama Isabel Nezwa Zandonadi. Di akhir hidupnya, dia kesulitan keuangan karena sudah tidak membela klub manapun. Sang istri sampai meminta bantuan ke berbagai pihak untuk membantu biaya pengobatan.
Karier Zandonadi dimulai sejak tahun 2004 dengan membela Petrokimia, kemudian Persita Tangerang, Persikota, Persiba Balikpapan, dan PSIS Semarang.
Zandonadi sempat mengalami koma selama empat hari akibat sakit radang otak yang dideritanya. Menurut sang istri yang seorang WNI, Annisa Sanjaya, Zandonadi sudah tiga bulan mengalami sakit di bagian kepalanya namun tidak dihiraukannya. Sampai akhirnya, Zandonadi pingsan dan koma kemudian dirawat di rumah sakit.
Zandonadi meninggalkan seorang putri bernama Isabel Nezwa Zandonadi. Di akhir hidupnya, dia kesulitan keuangan karena sudah tidak membela klub manapun. Sang istri sampai meminta bantuan ke berbagai pihak untuk membantu biaya pengobatan.
Karier Zandonadi dimulai sejak tahun 2004 dengan membela Petrokimia, kemudian Persita Tangerang, Persikota, Persiba Balikpapan, dan PSIS Semarang.
2. Diego Mendieta
Diego Mendieta menjadi cerita terbaru nestapa pemain bola
asing di Indonesia. Dia meninggal karena penyakit misterius yang
dideritanya.
Pihak rumah sakit Moewardi Solo menyatakan kematian Mendieta disebabkan oleh virus dan jamur yang telah menyebar di tubuhnya.
Virus Cylomegalo terdeteksi telah menyerang mata hingga otak. Selain itu, jamur Candidiasis telah menyerang kerongkongan dan saluran pencernaan.
Mendieta adalah pesepakbola asal Paraguay. Musim lalu memborong delapan gol dari 16 penampilannya membela Persis. Saat pertama kali masuk rumah sakit dia khawatir tidak mampu membiayai pengobatan. Gaji yang menjadi haknya selama empat bulan belum dibayar pihak manajemen karena kesulitan uang.
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo yang juga mantan Ketua Umum Persis Solo mengatakan akan menanggung biaya rumah sakit selama Diego Mendieta dirawat di RS Dr Moewardi hingga meninggal dunia.
Namun untuk biaya pemulangan jenazah Mendieta ke Paraguay, Rudy menyerahkannya pada PSSI.
Pihak rumah sakit Moewardi Solo menyatakan kematian Mendieta disebabkan oleh virus dan jamur yang telah menyebar di tubuhnya.
Virus Cylomegalo terdeteksi telah menyerang mata hingga otak. Selain itu, jamur Candidiasis telah menyerang kerongkongan dan saluran pencernaan.
Mendieta adalah pesepakbola asal Paraguay. Musim lalu memborong delapan gol dari 16 penampilannya membela Persis. Saat pertama kali masuk rumah sakit dia khawatir tidak mampu membiayai pengobatan. Gaji yang menjadi haknya selama empat bulan belum dibayar pihak manajemen karena kesulitan uang.
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo yang juga mantan Ketua Umum Persis Solo mengatakan akan menanggung biaya rumah sakit selama Diego Mendieta dirawat di RS Dr Moewardi hingga meninggal dunia.
Namun untuk biaya pemulangan jenazah Mendieta ke Paraguay, Rudy menyerahkannya pada PSSI.
3. Syilla Mbamba, Camara Abdoulaye Sekou dan Salomon Begondo
Tiga pemain ini berasal dari gabungan dua tim, Persipro
Probolinggo dan Bondowoso United yang tampil di Divisi Utama PSSI.
Mereka terpaksa mengamen akibat gaji yang belum terbayar.
Ketika itu, mereka beraksi mengemis dan mengamen di depan Kantor Walikota Probolinggo. Ketiga pemain ini mengaku belum mendapatkan gaji, mereka hanya menerima 15 persen dari nilai kontrak. Dalam aksinya, mereka membawa kardus yang bertuliskan. "Tolong Koin untuk Pemain Asing Persipro".
Sementara kardus lain bertuliskan "Tolong bayar uang kami", "Tolong hargai pengorbanan kami selama satu musim".
Sebelumnya, ketiga pemain ini sempat menemui jajaran manajemen, namun bukannya hak yang seharusnya mereka dapat, janji-janji kosong yang mereka raih.
"Musim kompetisi sudah selesai, tetapi kami bertiga belum dibayar. Kami ingin segera pulang ke Afrika. Saya ingin merayakan Ramadhan di tanah air saya," ujar Mbamba ketika itu.
Naas bagi mereka, Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) yang mereka miliki telah habis. Dan untuk mengurus Kitas, dibutuhkan dana setidaknya Rp 30 juta.
Ketika itu, mereka beraksi mengemis dan mengamen di depan Kantor Walikota Probolinggo. Ketiga pemain ini mengaku belum mendapatkan gaji, mereka hanya menerima 15 persen dari nilai kontrak. Dalam aksinya, mereka membawa kardus yang bertuliskan. "Tolong Koin untuk Pemain Asing Persipro".
Sementara kardus lain bertuliskan "Tolong bayar uang kami", "Tolong hargai pengorbanan kami selama satu musim".
Sebelumnya, ketiga pemain ini sempat menemui jajaran manajemen, namun bukannya hak yang seharusnya mereka dapat, janji-janji kosong yang mereka raih.
"Musim kompetisi sudah selesai, tetapi kami bertiga belum dibayar. Kami ingin segera pulang ke Afrika. Saya ingin merayakan Ramadhan di tanah air saya," ujar Mbamba ketika itu.
Naas bagi mereka, Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) yang mereka miliki telah habis. Dan untuk mengurus Kitas, dibutuhkan dana setidaknya Rp 30 juta.
4. Pemain asing yang belum gajian
Dalam catatan Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI),
banyak klub baik di Indonesia Super League (ISL) maupun Indonesia
Premier League (IPL) menunggak gaji pemainnya.
Sejak dana APBD distop, klub-klub kesulitan uang. Penghasilan dari sponsor dan tiket penonton tidak mampu menutupi pengeluaran selama semusim. Pengeluaran paling besar adalah menggaji pemain terutama bintang asing mereka.
Di Liga Super Indonesia (LSI) misalnya, Pelita Jaya (telat gajian tiga bulan), PSPS Pekanbaru (telat gajian enam bulan, tetapi manajemen memberi pinjaman Rp 10 juta kepada setiap pemain), PSMS Medan (telat lima bulan), PSAP Sigli (telat menggaji pemainnya selama enam bulan), Arema (telat tiga bulan. Baru dicairkan 50 persen dari satu bulan gaji), Deltras Sidoarjo (telat selama empat bulan), Persiwa Wamena (telat gajian selama empat bulan), dan Persidafon Dafonsoro (telat empat bulan).
Sementara klub-klub IPL juga sama. Klub-klub yang bermain di situ juga telat membayarkan gajinya kepada pemain. Seperti Persibo Brojonegoro (telat gajian selama tiga bulan), PSM Makassar (telah gajian selama tiga bulan), Persiraja Banda Aceh (telat gajian selama tiga bulan), Persiba Bantul (menunggak gaji selama dua bulan), Persema Malang (menunggak gaji selama tiga bulan), Persija (menunggak gaji selama tiga bulan), dan Bontang FC (5,5 bulan menunggak gaji).
Solusi yang ditawarkan manajemen adalah merasionalisasi gaji pemain yang kelewat mahal. Akibatnya, daripada tidak dibayar sama sekali, para pemain asing rela dibayar hanya 75 persen bahkan ada yang hanya setengah dari nilai kontrak mereka.
Sejak dana APBD distop, klub-klub kesulitan uang. Penghasilan dari sponsor dan tiket penonton tidak mampu menutupi pengeluaran selama semusim. Pengeluaran paling besar adalah menggaji pemain terutama bintang asing mereka.
Di Liga Super Indonesia (LSI) misalnya, Pelita Jaya (telat gajian tiga bulan), PSPS Pekanbaru (telat gajian enam bulan, tetapi manajemen memberi pinjaman Rp 10 juta kepada setiap pemain), PSMS Medan (telat lima bulan), PSAP Sigli (telat menggaji pemainnya selama enam bulan), Arema (telat tiga bulan. Baru dicairkan 50 persen dari satu bulan gaji), Deltras Sidoarjo (telat selama empat bulan), Persiwa Wamena (telat gajian selama empat bulan), dan Persidafon Dafonsoro (telat empat bulan).
Sementara klub-klub IPL juga sama. Klub-klub yang bermain di situ juga telat membayarkan gajinya kepada pemain. Seperti Persibo Brojonegoro (telat gajian selama tiga bulan), PSM Makassar (telah gajian selama tiga bulan), Persiraja Banda Aceh (telat gajian selama tiga bulan), Persiba Bantul (menunggak gaji selama dua bulan), Persema Malang (menunggak gaji selama tiga bulan), Persija (menunggak gaji selama tiga bulan), dan Bontang FC (5,5 bulan menunggak gaji).
Solusi yang ditawarkan manajemen adalah merasionalisasi gaji pemain yang kelewat mahal. Akibatnya, daripada tidak dibayar sama sekali, para pemain asing rela dibayar hanya 75 persen bahkan ada yang hanya setengah dari nilai kontrak mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar